Tracer Study sebagai Kompas Mutu Perguruan Tinggi: Perspektif Kepuasan Pengguna Lulusan
Budi Gautama Siregar
budigautama@uinsyahada.ac.id
Kapus Pengembangan Standar Mutu, LPM UIN SYAHADA Padangsidimpuan
Pendahuluan
Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM yang berkualitas, berdaya saing, dan releban dengan kebutuhan Pembangunan nasional. Kualitas perguruan tinggi tidak hanya diukur dari capaian akademik internalnya saja, melainkan dapat dilihat dari seberapa jauh lulusan mampu beradaptasi dan berkontribusi di dunia kerja maupun di Tengah-tengah Masyarakat. Dalam konteks, tracer study menjadi instrumen penting untuk menilai keterhubungan antara output Pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar kerja. Melalui tracer study, perguruan tinggi data memperoleh data empirik mengenai masa tunggu kerja, kesesuaian bidang pekerjaan, serta tingkat kepuasan pengguna lulusan [1]
Tracer study bukan hanya sekedar kewajiban administratif untuk kepentingan akreditasi semata, tetapi dapat membantu perguruan tinggi dalam melakukan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dalam mendesain kurikulum dan strategi pembelajaran. Data empiris yang dihasilkan dari tracer study akan memberikan peta objektif tentang sejauhmana ketercapaian capaian pembelajaran lulusan mampu menjawan tuntutan pasar kerja. Diniyah menegaskan bahwa institusi Pendidikan tinggi yang mengintegrasikan tracer study ke dalam proses perumusan kebijakan akademik terbukti lebih responsif dalam menutup kesenjangan ketrampilan antara dunia Pendidikan dan dunia industri.[2] Dalam hal ini tracer study dapat berfungsi layaknya sebagai Kompas mutu yang menuntun arah pengembanan perguruan tinggi.
Integrasi antara tracer study dan kepuasan pengguna lulusan menjadi pilar utama dalam sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi yang berorientasi pada akuntabilitas dan keberlanjutan. Kedua instrumen ini bukan bukan hanya pelengkap indikator internal seperti akreditasi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga fondasi penting dalam memastikan relevansi Pendidikan tinggi dengan kebutuhan masyarakat global. Pada era kompetisi internasional dan disrupsi digital, perguruan tinggi dituntut untuk membangun budaya mutu berbasis data empiris dan umpan balik nyata dari pengguna lulusan. Hal ini sejalan dengan Banerjee yang menekankan pentingnya inovasi berbasis bukti (evidence-based policy) untuk meningktkan relevansi dan kualitas pendidikan tinggi di negara berkembang[3]
Tracer Study sebagai Instrumen Evaluasi Relevansi Pendidikan Tinggi
Mutu perguruan tinggi pada hakikatnya tidak dapat direduksi hanya pada capaian administrasi saja, namun secara substansial terletak pada sejauhmana lulusan mampu beradaptasi dengan dinamika dunia kerja dan memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Tracer study berperan sebagai instrumen penting dalam menilai keterhubungan antara capaian pembelajaran dengan kebutuhan riil di lapangan. Melalui mekanisme pelacakan jejak alumni, tracer study mampu menyediakan data yang konkret terkait dengan masa tunggu kerja, jenis bidang pekerjaan, relevansi ketrampilan yang diperoleh dengan tuntutan profesi, hinga tingkat kepuasan lulusan terhadap pengalaman pendidikannya [4].
Banyak perguruan tinggi yang menjadikan tracer study hanya sekedar fomalitas administrasi demi memenuhi tuntutan akreditasi. Padahal, jika dioptimalkan secara serius, data yang dihasilkan dari tracer study dapat dijadikan sebagai kompas strategis bagi perguruan tinggi dalam memperbaki kualitas pendidikannya. Banyak hasil penelitian yang menunjukan bahwa tracer study dapat membantu mengidentifikasi kesenjangan antara kompetensi akademik dan ketrampilan praktis yang dibutuhkan oleh dunia kerja, sekaligus menjadi asar untuk melakukan pembaruan kurikulum[5].
Hasil tracer study dapat juga mengungkapkan area kelemahan spesifik yang perlu ditangani oleh perguruan tinggi. Misalnya, bila data menunjukkan bahwa lulusan masih menghadapi hambatan pada ketrampilan digital, maka institusi perlu menyesuaikan kurikulumnya dengan memperkuat literasi digital, pemanfaatan teknologi informasi, serta kemampuan beradaptasi dengan transformasi industri berbasis digital.
Dengan demikian, tracer study tidak hanya berfungsi sebagai evaluasi pasif, melainkan sebuah instrumen dalam perbaikan berkelanjutan yang memastikan pendidikan tinggi senantiasa relevan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya, integrasi tracer study ke dalam sistem penjaminan mutu internal perguruan tinggi memungkinkan terbangunnya mekanisme umpan balik berkelanjutan yang dapat meningkatkan kualitas lulusan sekaligus memperkuat reputasi akademik di tingkat nasional maupun internasional.
Kepuasan Pengguna Lulusan sebagai Validasi Mutu Perguruan Tinggi
Mutu perguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam pelaksanaan proses Pendidikan dan menghasilkan dokumen akreditasi yang baik tetapi juga ditentukan oleh pengakuan dunia kerja terhadap lulusannya. Kepuasan penguna lulusan baik yang berasal dari sektor indusri, pemerintah, maupun lembaga sosial merupakan bentuk validasi eksternal yang sangat esensial bagi reputasi institusi pendidikan tinggi. Apabila lulusan dinilai produktif, adaptif terhadap perubahan, serta memiliki integritas yang tinggi, maka secara otomatis kualitas institusi ikut terangkat di mata publik. Sebaliknya, keluhan dari pengguna lulusan mengenai lemahnya ketrampilan atau rendahnya daya saing menjadi kritik konstruktif yang harus segera ditindaklanjuti, misalnya melalui perbaikan kurikulum, penguatan program internship, sampai peningkatan kualitas pengajaran dosen [6]
Kepuasan pengguna lulusan seringkali dipandang sebagai indikator yang lebih objektif daripada capaian akademik internal seperti Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal ini disebabkan dunia kerja menilai lulusan berdasarkan soft skills maupun employability skills yang dimiliki, seperti kemampuan memecahkan masalah, bekerjasama dalam tim, kepemimpinan, serta kecakapan beradaptasi dengan dinamika lingkungan kerja. Beberapa penelitian menegaskan bahwa keberhasilan lulusan dalam dunia kerja banyak dipengaruhi oleh ketrampilan non-akademik dibandingkan capaian kognitif semata.[7] Perguruan tinggi harus membangun komunikasi yang intensif dengan dunia industri dan menjadikan umpan balik pengguna lulusan sebagai pijakan utama dalam inovasi pendidikan.
Pada level institusi, mekanisme komunikasi dengan pengguna lulusan ini dapat difasilitasi melalui stakeholder engagement, forum diskusi industri akademisi, maupun survei kepuasan pengguna yang dilakukan secara berkala. Integrasi hasil umpan balik tersebut ke dalam kebijakan akademik dapat memastikan bahwa kurikulum selalu relevan, program magang dirancang sesuai dengan kebutuhan industri, serta dosen memiliki ketrampilan pedagogik yang mutakhir. Melalui cara ini, perguruan tinggi tidak hanya berorientasi pada output, tetapi juga outcome yang berdampak nyata bagi Pembangunan ekonomi dan sosial.
Mutu perguruan tinggi sejatinya merupakan konstruksi sosial yang tidak hanya dimiliki secara internal, tetapi juga divalidasi oleh masyarakat luas, tracer study berperan sebagai cermin reflektif untuk menilai dii dari dalam, sedangkan kepuasan pengguna lulusan memberikan pengakuan eksternal yang memperkuat kredibilitas institusi. Jika keduanya dipadukan, maka akan terbentuk fondasi yang kokoh bagi sistem penjaminan mutu berkelanjutan. Perguruan tinggi yang terbuka terhadap kritik, responsif, terhadap kebutuhan pengguna lulusan, dan adaptif menghadapi perubahan global akan lebih siap menjaga relevansi tridharma perguruan tinggi sekaligus meningkatkan daya saing di tingkat internasional.
Penutup
Tracer study dan kepuasan pengguna lulusan merupakan dua instrument strategis yang saling melengkapi dalam menilai sekaligus meningkatkan mutu perguruan tinggi. Tracer study memberikan potret objektif mengenai keterhubungan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, sementara kepuasan pengguna lulusan menjadi validasi eksternal yang menunjukkan relevansi kompetensi lulusan di mata masyarakat dan dunia industri. Jika keduanya dikelola dengan serius, hasilnya dapat menjadi dasar yang kuat bagi pengembangan kurikulum, perbaikan metode pembelajaran, serta peningkatan kualitas tridharma perguruan tinggi.
Mutu perguruan tinggi tidak hanya diukur dari dokumen akreditasi atau peringkat semata, tetapi dilihat juga dari sejauhmana lulusan mampu memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Perguruan tinggi yang terbuka terhadap kritik, mengelola umpan balik pengguna lulusan, dan memanfaatkan tracer study secara berkelanjutan akan lebih siap menghadapi tantangan global. Dengan demikian, tracer study dan kepuasan pengguna lulusan buka sekedar indikator administratif, melainkan fondasi penting dalam membangun budaya mutu yang berorientasi pada keberlanjutan dan daya saing internasional.
Referensi
Banerjee, Abhijit V, and Esther Duflo. “Good Economics for Hard Times: Better Answers to Our Biggest Problems.” Journal of Bangladesh Studies 23, no. 2 (2021): 70–72.
Diniyah, Zubaidah, Nanang Yudi Setiawan, and Dian Eka Ratnawati. “Analisis Klasifikasi Waktu Tunggu Kerja Lulusan Dengan Support Vector Machine Pada Data Tracer Study ( Studi Kasus : Lulusan 2015-2020 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya ).” Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer 9, no. 3 (2025): 1–10.
Ikhwani Ratna; Nanda Suryadi. “ANALISA KEBUTUHAN INDUSTRI BAGI ALUMNI JURUSAN AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI ANALYSIS.” COSTING; Journal of Economics, Business and Accounting 21, no. 1 (2020): 1–9. https://www.golder.com/insights/block-caving-a-viable-alternative/.
Leckey, Janet, and Neville Neill. “Quantifying Quality: The Importance of Student Feedback.” Quality in Higher Education 7, no. 1 (2001): 19–32.
Logan, Jean. “A Review of Graphical Methods for Tracer Studies and Strategies to Reduce Bias.” Nuclear Medicine and Biology 30, no. 8 (2003): 833–44.
St Jorre, Trina de, and Beverley Oliver. “Want Students to Engage? Contextualise Graduate Learning Outcomes and Assess for Employability.” Higher Education Research \& Development 37, no. 1 (2018): 44–57.
Wulandari, Meity, Danayanti Azmi Dewi Nusantara, and Erina Rahmadyanti. “Tracer Study of Alumni Competencies in Civil Engineering Department Universitas Negeri.” In Proceedings of the International Joint Conference on Science and Engineering 2022 (IJCSE 2022), 218:67, 2023.
Yorke, Mantz, and Peter Knight. Employability in Higher Education: What It Is-What It Is Not. LTSN Generic Centre York, 2004.
[1] Meity Wulandari, Danayanti Azmi Dewi Nusantara, and Erina Rahmadyanti, “Tracer Study of Alumni Competencies in Civil Engineering Department Universitas Negeri,” in Proceedings of the International Joint Conference on Science and Engineering 2022 (IJCSE 2022), vol. 218, 2023, 67; Ikhwani Ratna; Nanda Suryadi, “ANALISA KEBUTUHAN INDUSTRI BAGI ALUMNI JURUSAN AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI ANALYSIS,” COSTING; Journal of Economics, Business and Accounting 21, no. 1 (2020): 1–9, https://www.golder.com/insights/block-caving-a-viable-alternative/.
[2] Zubaidah Diniyah, Nanang Yudi Setiawan, and Dian Eka Ratnawati, “Analisis Klasifikasi Waktu Tunggu Kerja Lulusan Dengan Support Vector Machine Pada Data Tracer Study ( Studi Kasus : Lulusan 2015-2020 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya ),” Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer 9, no. 3 (2025): 1–10.
[3] Abhijit V Banerjee and Esther Duflo, “Good Economics for Hard Times: Better Answers to Our Biggest Problems,” Journal of Bangladesh Studies 23, no. 2 (2021): 70–72.
[4] Jean Logan, “A Review of Graphical Methods for Tracer Studies and Strategies to Reduce Bias,” Nuclear Medicine and Biology 30, no. 8 (2003): 833–44.
[5] Wulandari, Nusantara, and Rahmadyanti, “Tracer Study of Alumni Competencies in Civil Engineering Department Universitas Negeri.”
[6] Janet Leckey and Neville Neill, “Quantifying Quality: The Importance of Student Feedback,” Quality in Higher Education 7, no. 1 (2001): 19–32.
[7] Mantz Yorke and Peter Knight, Employability in Higher Education: What It Is-What It Is Not (LTSN Generic Centre York, 2004); Trina de St Jorre and Beverley Oliver, “Want Students to Engage? Contextualise Graduate Learning Outcomes and Assess for Employability,” Higher Education Research \& Development 37, no. 1 (2018): 44–57.