Paradigma Teoantropoekosentris Sebagai Fondasi Mutu Perguruan Tinggi Islam
Budi Gautama Siregar
budigautama@uinsyahada.ac.id
Kapus Pengembangan Standar Mutu, LPM UIN SYAHADA Padangsidimpuan
Pendahuluan
Dalam era globalisasi dan percepatan perkembangan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi Islam menghadapi tantangan serius dalam menjaga kualitas akademik sekaligus mempertahankan identitas keislaman yang khas. Perguruan tinggi Islam tidak hanya dituntut untuk bersaing dalam standar mutu internasional, tetapi juga diharapkan mampu menampilkan karakter keilmuan yang berpijak pada nilai-nilai Islam dan kemanusiaan universal. Menjawab tantangan tersebut, para akademis di Indonesia mengembangkan sebuah paradigma keilmuan teoantropoekosentris sebagai kerangka konseptual baru dalam pengembangan mutu Pendidikan tinggi[1].
Paradigma teoantropoekosentris merupakan integrasi dari tiga dimensi fundamental kehidupan, yakni ketuhanan (teosentris), kemanusiaan (antroposentris), dan lingkungan atau kosmos (ekosentris). Paradigma ini berupaya untuk mencocokkan dan mensinergikan antara orientasi keilmuan yang berpusat pada Tuhan, manusia, dan alam semesta, sebagai dasar pengembangan epistemologi pendidikan Islam modern[2]. Dengan demikian, sistem Pendidikan tinggi Islam diarahkan tidak hanya menghasilkan lulusan yang cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter spiritual, sosial, dan ekologis yang seimbang.
Selanjutnya paradigma ini bukan sekedar jargon konseptual, melainkan visi keilmuan yang menyatukan spiritual dan rasionalitas. Dalam konteks keislaman, manusia dipandang sebagai khalīfah fī al-arḍ, makhluk yang diberi amanah untuk memelihara kehidupan, bukan sekedar pembelajar pasif dalam proses akademik. Anhar menyebutkan bahwa istilah teoantropoekonsentris secara etimologis bermakna keilmuan yang berpusat pada Tuhan, manusia, dan lingkungan, yang menegaskan bahwa pendidikan Islam harus menumbuhkan kesadaran transedental, sosial, dan ekologis secara simultan[3].
Dalam kerangka penjaminan mutu perguruan tinggi Islam, paradigma teoantropoekosentris memberikan arah baru bagi pengembangan sistem akademik dan manajemen mutu yang berkelanjutan. Mutu tidak lagi diartikan sebatas pada pencapaian akreditasi, publikasi ilmiah, atau indikator teknis semata, melainkan juga mencakup sejauhmana perguruan tinggi mampu menginternalisasikan nilai spiritual, moral, dan ekologis dalam pelaksanaan tridharma. Usman, dkk, penerapan paradigma dalam desain kurikulum di UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan terbukti praktis dan efektif, yang menunjukkan bahwa pendekatan integratif ini dapat dioperasionalisasikan secara nyata dalam pengembangan mutu penddikan Islam[4]
Paradigma Teoantropoekosentris dalam Pengembangan Mutu Perguruan Tinggi Islam
Paradigma teoantropoekosentris merupakan konstruksi epistemologis yang berupaya mengakhiri dikotomi antara ilmu agama dan ilmu dunia yang selama ini mewarnai sistem pendidikan Islam. Paradigma ini menawarkan kerangka berpikir integratif yang menyatukan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan ekonologi dalam satu sistem keilmuan yang utuh. Pengintegrasian antara teosentrisme, antroposentrisme, dan kosmosentrisme sebagai dasar pengembangan epistemologi kelimuan di perguruan tinggi Islam[5]. Teoantropoekosentris menempatkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebagai alat rasional untuk menjelaskan dunia, tetapi juga sebagai sarana spiritual untuk memahami kehendak Tuhan dan tanggung jawab manusia terhadap sesama serta alam semesta.
Dalam struktur pemikiran ini, aspek teosentris menegaskan bahwa seluruh aktivitas akademik dan pengembangan ilmu harus berorientasi kepada nilai-nilai ketuhanan, yakni menjadikan Allah sebagai sumber utama kebenaran dan tujuan akhir dari segala pencarian ilmu. Aspek antroposentris menempatkan manusia sebagai aktor utama Pendidikan yang memiliki potensi intelektual, bertanggung jawab. Sedangkan aspek kosmosentris menegaskan pentingnya alam dan lingkungan sebagai bagian integral dari sistem keilmuan, yang tidak hanya menjadi objek eksplorasi, tetapi juga harus dijaga keseimbangannya sebagai manifestasi dari ayat-ayat Kauniyah.[6]
Selanjutnya Anhar menjelaskan bahwa paradigma ini berpusat pada kesepaduan Tuhan, manusia dan alam, dimana seluru proses pendidikan di perguruan tinggi Islam seharusnya diarahkan pada terciptanya keselarasan antara dimensi spiritual, sosial, dan ekologis[7]. Dengan demikian paradigma teoantropoekosentris bukan hanya kerangka teoritis, tetapi juga fondasi etika akademik yang menuntun sivitas akademika dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku ilmiah.
Pada konteks mutu perguruan tinggi Islam, penerapan paradigma ini membawa implikasi mendasar terhadap cara pandang terhadap kualitas akademik. Kualitas tidak semata diukur dari input (seperti sarana, kurikulum, dan kompetensi dosen) atau output (akreditasi dan publikasi ilmiah), melainkan dari outcome dan impact apakah lulusan mampu menjadi insan yang saleh, moderat, cerdas, dan berdaya saing, apakah riset dan pengabdian masyarakat memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan umat dan berkelanjutan lingkungan[8].
Oleh karenanya, mutu institusi pendidikan Islam tidak dapat direduksi hanya pada capaian administratif seperti peroleh akreditasi unggul. Mutu sejatinya adalah ketika perguruan tinggi berhasil membangun budaya akademik yang berakar pada visi keilmuan teoantropoekosentris yakni visi yang menghubungkan nilai-nilai ilahiah dengan tantangan sains, teknologi, dan ekologi kontemporer. Dalam kerangka ini perguruan tinggi Islam idealnya menjadi pusat integrasi antara iman, ilmu, antara etika dan inovasi, serta antara spiritual dan kemajuan peradaban manusia.
Strategi Implementasi Mutu Teoantropoekosentis dalam Tridarma Perguruan Tinggi
Implementasi paradigma teoantropoekosentris dalam tridarma perguruan tinggi Islam menuntut langkah-langkah strategis yang bersifat konseptual sekaligus aplikatif. Paradigma ini tidak hanya menjadi kerangka epistemologis yang menegaskan keterpaduan antara Tuhan, manusia, dan alam, namun juga berfungsi sebagai panduan praksis bagi pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pendekatan teoantropoekosentris meniscayakan sistem Pendidikan yang mengintegrasikan dimensi spiritual, rasional, dan ekologis dalam setiap bentuk aktivitas akademik agar perguruan tinggi Islam tidak hanya menghasilkan lulusan yang cerdas secara intelektual, tetapi juga beretika dan peduli terhadap keberlanjutan hidup.
a. Bidang Pendidikan dan Pembelajaran Integratif
Dalam bidang Pendidikan, paradigma ini menghendaki revitalisasi kurikulum agar lebih berorientasi pada nilai-nilai ketuhanan (teosentris), kemanusiaan (antroposentris), dan lingkungan (ekosentris). Kurikulum tidak cukup hanya menyampaikan pengetahuan konseptual, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai spiritual dan tanggung jawab sosial. Model pembelajaran aktif, kontekstual, dan reflektif perlu dikembangkan agar mahasiswa mampu mengaitkan ilmu dengan realitas kehidupan sosial dan ekologis di sekitarnya.
b. Bidang Penelitian
Dalam bidang penelitian, paradigma teoantropoekosentris mendorong pengembangan riset yang aplikatif, kolaboratif, dan berdampak langsung bagi masyarakat secara ekosistem alam. Kualitas penelitian tidak hanya diukur dari kuantitas publikasi atau indeksasi internasional sepeti scopus, Web of Science, tetapi dari relevansi sosial dan kemanfaatannya bagi kemanusiaan. Dengan demikian penelitian berbasis teoantropoekosentris menempatkan ilmu sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan sesuai perintah al-Qur’ān untuk memakmurkan bumi.
c. Bidang Pengabdian kepada Masyarakat
Pada dimensi pengabdian masyarakat, paradigma teoantropoekosentris menegaskan bahwa kegiatan pengabdian tidak boleh berhenti pada kegiatan proyek jangka pendek, tetapi haus diarahkan pada pemberdayaan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai Islam dan ramah lingkungan. Perguruan tinggi Islam perlu membangun kemitraan dengan pemerintah daerah, lembaga zakat, serta komunitas lokal dalam mencipatakan model pengabdian yang mendukung kemandirian sosial dan pelestarian alam.
d. Penguatan Budaya Mutu dan Kelembagaan
Keberhasilan implementasi paradigma ini sangat bergantung pada budaya mutu institusional. Budaya ini harus menjiwai seluruh komponen perguruan tinggi (pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa). Menurut Aziz, pembentukan kesadaran teo-antro-eko di lingkungan kampus dapat dilakukan melalui program kaderisasi akademik, pelatihan nilai-nilai integratif, serta penerapan teknologi dan sistem manajemen mutu berbasis spiritualitas. Sistem evaluasi mutu juga perlu diperluas tidak hanya mengukur capaian administratif dan indikator kinerja, tetapi juga dimensi moral, religius, dan ekologis[9].
Dengan menerapkan strategi tersebut, mutu perguruan tinggi Islam tidak lagi semata ditentukan oleh status akreditasi Unggul semata, tetapi juga oleh relevansi sosial, keberlanjutan lingkungan, dan integritas spiritual. Perguruan tinggi Islam akan menjadi pusat ilmu pengetahuan yang tidak hanya memajukan sains dan teknologi, tetapi juga menjaga keseimbangan antara iman, ilmu, dan amal; antara spiritualitas; dan keberlanjutan peradaban manusia.
Penutup
Paradigma teoantropoekosentris menegaskan bahwa ukuran mutu perguruan tinggi Islam tidak semata bergantung pada indikator teknis seperti akreditasi institusi, publikasi ilmiah bereputasi, maupun peringkat internasional. Lebih dari itu, mutu sejati tercermin dari kemampuan lembaga pendidikan tinggi dalam menciptakan keseimbangan antara dimensi spiritualitas, intelektualitas, dan keberlanjutan lingkungan. Perguruan tinggi Islam yang unggul adalah institusi yang tidak hanya melahirkan lulusan yang kompeten secara akademik, tetapi juga membentuk insan beriman, berakhlak, peduli terhadap kemanusiaan, serta memiliki kesadaran ekologis dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Dalam konteks ini, paradigma teoantropoekosentris menjadi dasar filosofis yang mengarahkan pendidikan Islam untuk memadukan nilai-nilai ilāhiyyah dengan dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan kehidupan modern.
Lebih jauh, paradigma ini menghadirkan fondasi epistemologis bagi pembangunan mutu pendidikan tinggi Islam yang bersifat holistik dan berkelanjutan. Ia juga menuntun arah kebijakan akademik untuk berorientasi pada integrasi nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan, dimana ilmu pengetahuan harus menjadi sarana untuk memuliakan kehidupan serta menjaga harmoni kehidupan. Implementasi paradigma ini dalam tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada Masyarakat, merupakan kunci menuju keunggulan substantif. Ketika nilai-nilai spiritual diintegrasikan dalam kurikulum, penelitian diarahkan untuk memberikan manfaat sosial dan ekologis, serta pengabdian masyarakat dilakukan secara berkelanjutan, maka perguruan tinggi Islam akan berperan aktif membangun peradaban yang berkemajuan dan berkeadaban ekologis. Oleh karena itu, pengembangan mutu perguruan tinggi Islam di masa depan tidak boleh berhenti pada kompetisi administratif semata, tetapi harus berorientasi pada mutu kebermaknaan, sejauh mana keberadaannya menjadi rahmat bagi manusia dan alam semesta. Paradigma teoantropoekosentris dengan demikian bukan hanya konsep filosofis, melainkan juga peta jalan spiritual, intelektual, dan moral bagi transformasi mutu pendidikan tinggi Islam yang unggul, bermartabat, dan berkelanjutan.
Referensi
Anhar. “Teoantropoekosentris: Menafsir Paradigma Keilmuan UIN Syahada Padangsidimpuan.” UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, 2023. https://anhar.dosen.uinsyahada.ac.id/2020/10/teoantropoekosentris-menafsir-paradigma.html.
Kementerian Agama RI Sekretariat Jendral. “Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2020-2024.” Menteri Agama Republik Indonesia, 2020, 1–306. https://bali.kemenag.go.id/uploads/media/2020/07/RENSTRA_KEMENAG_2020-2024.pdf.
Suharto, Toto. “The Paradigm of Theo-Anthropo-Cosmocentrism: Reposition of the Cluster of Non-Islamic Studies in Indonesian State Islamic Universities.” Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 23, no. 2 (2015): 251. https://doi.org/10.21580/ws.23.2.308.
Tremblay, Jean-marie, Mark D. Regnerus, Sociologia D A Sistema Nacional D E Educação, Fernando Tavares Júnior, José Luís Sanfelice, Fernando Tavares Júnior, Luiz Fernandes Dourado, et al. Gagasan Baru Guru Besar. Educacao e Sociedade. Vol. 1, 2016. http://www.biblioteca.pucminas.br/teses/Educacao_PereiraAS_1.pdf%0Ahttp://www.anpocs.org.br/portal/publicacoes/rbcs_00_11/rbcs11_01.htm%0Ahttp://repositorio.ipea.gov.br/bitstream/11058/7845/1/td_2306.pdf%0Ahttps://direitoufma2010.files.wordpress.com/2010/.
Usman; Zulhimma; Asfiati. “Development Of a Theoanthropoecocentric-Based Curriculum Model at Ma’had Al-Jami’ah.” Darul ’Ilmi 13, no. 01 (2025): 1–14.
[1] Toto Suharto, “The Paradigm of Theo-Anthropo-Cosmocentrism: Reposition of the Cluster of Non-Islamic Studies in Indonesian State Islamic Universities,” Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 23, no. 2 (2015): 251, https://doi.org/10.21580/ws.23.2.308.
[2] Jean-marie Tremblay et al., Gagasan Baru Guru Besar, Educacao e Sociedade, vol. 1, 2016, http://www.biblioteca.pucminas.br/teses/Educacao_PereiraAS_1.pdf%0Ahttp://www.anpocs.org.br/portal/publicacoes/rbcs_00_11/rbcs11_01.htm%0Ahttp://repositorio.ipea.gov.br/bitstream/11058/7845/1/td_2306.pdf%0Ahttps://direitoufma2010.files.wordpress.com/2010/.
[3] Anhar, “Teoantropoekosentris: Menafsir Paradigma Keilmuan UIN Syahada Padangsidimpuan.,” UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, 2023, https://anhar.dosen.uinsyahada.ac.id/2020/10/teoantropoekosentris-menafsir-paradigma.html.
[4] Usman; Zulhimma; Asfiati, “Development Of a Theoanthropoecocentric-Based Curriculum Model at Ma’had Al-Jami’ah,” Darul ’Ilmi 13, no. 01 (2025): 1–14.
[5] Suharto, “The Paradigm of Theo-Anthropo-Cosmocentrism: Reposition of the Cluster of Non-Islamic Studies in Indonesian State Islamic Universities.”
[6] Usman; Zulhimma; Asfiati, “Development Of a Theoanthropoecocentric-Based Curriculum Model at Ma’had Al-Jami’ah.”
[7] Anhar, “Teoantropoekosentris: Menafsir Paradigma Keilmuan UIN Syahada Padangsidimpuan.”
[8] Kementerian Agama RI Sekretariat Jendral, “Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2020-2024,” Menteri Agama Republik Indonesia, 2020, 1–306, https://bali.kemenag.go.id/uploads/media/2020/07/RENSTRA_KEMENAG_2020-2024.pdf.
[9] Kementerian Agama RI Sekretariat Jendral.